REFLEKSI PEMUDA

REFLEKSI PEMUDA

Refleksi Sebuah proyek Peradaban
Oleh : UBAYDILLAH, S.IP

Sebuah gerakan yang bebasiskan para Pemuda, tentu harus memiliki sebuah proyek peradaban. Proyek peradaban itu tergantung dari tujuan yang ingin dicapai tentunya. Seorang pemuda tentu memiliki sebuah proyek peradaban sesuai dengan imajinasi cita – citanya, tapi belum tentu dia memiliki kekuatan untuk mengejawantahkan semua imajinasinya tersebut dalam suatu bentuk yang sistematis yang kita sebut dengan sebuah gerakan. Oleh karena itu, diawal saya menggunakan istilah “basis” pemuda, karena hari ini waktunya pemuda yang menjadi sebuah mesin yang terus bekerja. Istilah basis disini bisa disesuaikan dengan perumpamaan kita hari ini, bisa dalam lingkup kampus yang kita kenal dengan organisasi mahasiswa, ataupun dalam lingkup sebuah negara.

              Banyak pemuda tentulah akan menghasilkan sebuah kolektifitas imajinasi yang akan bermuara pada kerangka berpikir dari sebuah proyek peradaban. Sehingga pemikiran satu pemuda bergabung menjadi pemikiran kolektif para pemuda, dan semangat satu pemuda, bercampur menjadi semangat kolektif para pemuda. Maka dari itu, proyek peradaban itu harus dipikirkan secara kolektif dan juga komprehensif sesuai dengan waktunya, ada yang berorientasi pada jangka pendek, dan ada yang berorientasi pada jangka panjang.

       Orientasi jangka pendek ini memerlukan kemampuan kreativitas kita untuk bagaimana dapat menciptakan sebuah dasar pijakan yang kuat menuju kepada tahapan – tahapan selanjutnya sehingga tahapan itu mencapai kepada tahapan orientasi jangka panjang kita. Dan tahapan – tahapan yang berorientasi kepada jangka panjang inilah yang harus mampu menjawab problematika umat sehingga program dan langkah – langkah yang diambil oleh sebuah gerakan menghasilkan kebermanfaatan luas untuk umat.

             Dalam membangun sebuah peradaban, paling tidak ada empat tahap yang harus dilakukan supaya peradaban yang terbangun nantinya merupakan peradaban yang kuat dan mengakar. Tahap pertama adalah membangun dan memperkokoh gerakan yang sudah ada. Gerakan yang dibangun ini haruslah gerakan yang solid dan kokoh sehingga gerakan inilah yang akan menjadi kekuatan utama dalam mengambil langkah – langkah menuju sebuah peradaban yang besar. Gerakan ini merupakan tulang punggung perjuangan dalam mewujudkan tujuan besar yang telah disepakati sebelumnya sehingga dalam prosesnya, langkah demi langkah berjalan dengan sistematis, tentunya dengan dibalut oleh gagasan – gagasan sebagai warna – warni dalam menyongsong sebuah peradaban. Oleh karena tahap yang pertama ini merupakan tahap yang sangat vital, maka pada tahap ini juga, proses tersebut harus diisi oleh orang – orang yang kompeten dan berkarakter kuat. Untuk itu, dalam perjalanannya, sistem kaderisasi yang sistematis dan terus – menerus juga harus dibangun untuk menjaga eksistensi gerakan ini di masa depan.

          Kedua, membangun jaringan secara horizontal sehingga sebuah gerakan itu memiliki basis massa. Basis massa diperlukan untuk menjaga supaya gerakan yang sudah ada dapat lebih mengakar di masyarakat sehingga terbentuklah simpul – simpul massa yang loyal. Di fase membangun jaringan inilah sebuah gerakan harus bisa membangun opini publik dan juga mempertahankan elektabilitas dihadapan publik. Gerakan yang dibangun atas dasar kepercayaan prinsip akan melahirkan sebuah kepercayaan massa. Karena sebuah kepercayaan prinsip lebih luas dibandingkan kepercayaan tokoh. Kepercayaan kepada seseorang yang ditokohkan dapat lebih resisten dibandingkan dengan kepercayaan terhadap sebuah prinsip. Hal tersebut dikarenakan bisa jadi di kemudian hari orang yang ditokohkan tersebut membuat kesalahan sehingga berakibat kepada sebuah gerakan. Sedangkan gerakan yang berlandaskan pada prinsip atau sistem cenderung dapat lebih bertahan lama terhadap resistensi yang ada, karena prinsip atau sistem yang ada merupakan sarana utama dalam menjalankan sebuah gerakan terlepas dari orang – orang didalamnya. Maka dari itu, gerakan yang akan lebih lama bertahan adalah gerakan yang berlandaskan pada suatu sistem sehingga dapat melahirkan gerakan – gerakan kultural di masyarakat.

           Ketiga, mengembangkan gerakan tersebut untuk dapat masuk dalam institusi – institusi yang ada, sehingga gerakan ini tidak hanya bersifat horizontal, tapi juga vertikal. Hal tersebut diperlukan supaya nilai – nilai gerakan ini dapat memberikan warna terhadap institusi – institusi yang sudah terlebih dahulu ada, namun bukan untuk menghapus nilai – nilai yang sudah lama tertanam di dalam institusi – institusi tersebut karena gerakan yang baik itu layaknya tidak menjajah gerakan yang sudah ada. Gerakan yang besar adalah gerakan yang bersifat eksklusif terhadap nilai – nilai yang ada dan berkembang di masyarakat namun tetap mempertahankan prinsip dari gerakan tersebut. Kita mengenal tentang proses akulturasi yang mungkin dengan proses tersebut dapat mengembangkan layar dari gerakan yang dibangun namun tetap menjaga hal – hal yang bersifat prinsip. Fase ini memang menuntut kita untuk lebih mengembangkan keahlian berpikir dan diplomasi kita dibanding harus mengedepankan sebuah perdebatan panjang.

           Keempat, sebuah proyek peradaban dirasa kurang lengkap kalau pada ahirnya tidak menyentuh tatanan yang paling tinggi, yaitu negara. Jika kita sudah memantaskan diri di tataran kelompok, masyarakat, dan institusi bukan tidak mungkin kalau gerakan yang dibangun merupakan gerakan impian dari sebuah negara. Namun hal ini pun harus berbanding dengan kepantasan diri kita sebagai pribadi, kelompok dan juga kesiapan masyarakat luas. Karena semua proses tahapan ini merupakan hal yang terintegrasi, bukan berarti ketika kita memutuskan untuk maju ke tahap yang lebih tinggi maka tahapan sebelumnya kita tinggalkan. Semuanya tetap terlaksana dari tahap yang paling awal sampai ke tahapan yang menjurus pada tujuan. Oleh karenanya kita harus dapat melihat kesiapan faktor eksternal untuk menerima nilai gerakan kita. Jika memang fase selanjutnya dirasa belum siap untuk menerima kehadiran nilai gerakan ini, bukan tidak mungkin ada satu fase yang berlangsung lebih lama karena kesiapan mental baik internal maupun eksternal merupakan modal awal dalam menentukan melangkah atau bertahannya tahapan dari sebuah proyek peradaban.
Previous Post
Next Post

post written by:

suka jalan, pendakian gunung, suka bergaul

0 Comments: