Banyak yang mengatakan bahwa keberlangsungan sebuah peradaban,
keberlangsungan sebuah negara, keberlangsungan sebuah komunitas, tidak
lain dan tidak bukan terletak di pundak para pemuda yang dipersiapkan
dan dibekali untuk bisa menjadi generasi penerus dan penentu yang ada di
puncak kepemimpinan sebuah peradaban, negara, ataupun komunitas.
Pemuda dalam sejarah selalu memiliki lahan peran yang sangat
strategis, selalu menemukan momentum yang baik dan pandai menempatkan
diri diantara para orang – orang tua. Kita tahu bagaimana perjuangan
pemuda Indonesia dahulu dalam rangka mencapai dan mempertahankan
kemerdekaan, Soekarno yang dengan retorikanya mampu membawa angin
semangat untuk terus meningkatkan martabat bangsa, seorang Bung Syahrir
yang di umurnya yang masih muda pernah menjadi perdana menteri Indonesia
yang pertama kala Indonesia menganut sistem perlementer dulunya,
seorang Muhammad Natsir, tokoh pemuda yang memiliki jiwa idiologi
keislaman yang kuat namun menghargai perbedaan, idiologinya sampai
membawa Natsir berada dalam masa politik dua rezim (Masa presiden
Soekarno dan Soeharto). Ada juga tokoh pemuda di tahun 60’an, dialah
seorang Soe hok Gie yang juga tokoh yang kritis terhadap pemerintahan di
masanya, dengan semangat revolusionernya mampu memberikan dampak
positif dengan menebarkan semangatnya kepada pemuda – pemuda masa itu,
bahkan sampai masa kini. Masih banyak lagi tokoh – tokoh pemuda yang
lain yang dengan perjuangannya sebagai bukti bahwa Pemuda pada dasarnya
memegang peranan penting untuk keberlangsungan dan kemajuan sebuah
peradaban, negara, ataupun komunitasnya.
Jika dahulu Karl Marx dengan semangat Marxismenya percaya pada
gerakan – gerakan “kelas”, berbeda dengan Ortega Gasset yang mempercayai
kaum muda sebagai agen – agen perubah. Artinya, gerakan – gerakan
pemuda yang juga saya sebut sebagai gerakan kelas revolusioner
memberikan sebuah cahaya dalam hal harapan bangsa yang lebih baik
kedepannya. Semangat pemuda untuk merevitalisasi keadaan bangsa dan
negara merupakan manifestasi sebuah bangsa berkembang yang dengan
semangatnya, kedepan bangsa tersebut dapat mengambil perannya sebagai
bangsa yang terpandang dan bermartabat tidak hanya dalam lingkup intern
nasionalnya, tapi juga ekstern internasional.
Begitupun dengan bangsa Indonesia ini, dengan keadaan Sumber Daya
Alam dan disokong dengan kapasitas Sumber Daya Manusianya sudah
sepantasnya bangsa ini bangkit untuk kembali menunjukkan taringnya
sebagai bangsa yang bermartabat. Tidak lagi disibukkan dengan masalah –
masalah internal yang dapat menyebabkan bangsa ini makin tenggelam dalam
lautan persaingan di tengah bangsa lainnya. Oleh karena itu, diharapkan
peran pemuda sebagai motor bangsa dapat membawa bangsa ini ke tingkatan
yang lebih baik. Pemuda sebagai manifestasi bangsa, merupakan sebuah
takdir yang tidak dapat dielakkan lagi. Memutar terus roda kepemimpinan
dan reformasi tentunya jelas memerlukan gebrakan semangat dan juga ide –
ide cerdas untuk dapat mencapai sebuah hasil yang merupakan cita
bangsa. Gambaran seperti itu hanya dapat ditemui pada diri seorang
pemuda yang tentunya perduli terhadap keberlangsungan bangsa ini, bukan
pemuda yang hanya memikirkan bagaimana menghabiskan masa mudanya dengan
foya – foya, menjalani masa tua dengan kondisi keuangan yang melimpah
ruah, dan berharap dengan matinya dia akan masuk surga nantinya. Mental
seperti inilah yang menyebabkan para pemuda tidak lagi produktif.
Menempatkan kepentingan hanya untuk dirinya dan tidak memperhatikan
sebuah kondisi yang seharusnya dia bisa masuk ke dalam sistem
pembangunan bangsa ini.
Pemuda harus memiliki idealisme negarawan.
Satu hal yang bisa dijadikan modal dasar bagi pemuda adalah dengan
memiliki mental negarawan. Sadar diri untuk bisa mengambil perannya
dalam hal memajukan bangsanya. Kuat dalam hal idealisme dan
idiologisnya, namun tidak memaksakan kehendak dan menyadari perbedaan
yang bersifat heterogenitas. Kuat dalam hal idiologis namun menyadari
perbedaan bukan berarti pluralisme. Pluralisme jelas berbeda dengan
makna tenggang rasa dimana tenggang rasa lebih mengedepankan semangat
kebersamaan tanpa harus menggabungkan sebuah dualisme idiologi. Dengan
menjadi seorang negarawan muda, maka dia secara tidak langsung akan
berpikir futuristik, tidak hanya mengandalkan keilmuan diri saja, tapi
juga mempertimbangkan sebuah kebiasaan masyarakat dan kearifan lokal
yang ada. Karena jati diri seorang pemuda yang menjadi negarawan adalah
bagaimana dia dapat bergaul dengan siapa saja, bersifat inklusif dan
tidak eksklusif.
Pemuda harus memiliki idealisme yang revolusioner.
Revolusioner disini tidak hanya berarti harus merubah suatu sistem
yang telah berjalan karena sistem tersbut tidak cocok untuk
diaplikasikan, namun revolusioner disini juga dimaksudkan untuk
meneruskan sebuah sistem yang sudah berjalan dengan disertai inovasi dan
juga ide – ide besar untuk menyempurnakan sebuah sistem yang sudah ada
supaya sistem tersebut menjadi lebih baik dan lebih hidup. Karena
permasalahan revolusioner selama ini adalah ketika berganti generasi
maka generasi yang baru biasanya meninggalkan sistem yang lama dan
menggantinya 100 persen dengan sistem yang baru, padahal revolusi yang
seperti itu jelas akan menjadi penghalang pembangunan bangsa.
Pemuda harus memiliki idealisme untuk mau belajar terus – menerus.
Semangat diri sebagai pemuda untuk terus belajar harus dibangun terus
menerus. Karenanya kita sebagai pemuda harus sadar akan wawasan dan
keilmuan yang mungkin belum seberapa. Bagaimana kita belajar untuk terus
mengupgrade diri sendiri, bagaimana kita mau belajar dari orang lain
yang mungkin kita anggap labih baik kapasitasnya dari pada kita,
bagaimana kita juga mau menerima kritik dan saran yang membangun demi
mencapai kapasitas diri yang lebih baik lagi. Percayalah bahwa saran dan
kritik yang datang dari orang lain adalah bukti bahwa orang – orang
yang memberikan kritik dan saran tersbut telah berharap dan memberikan
kepercayaan kepada kita untuk menjadi sebuah pemuda yang ideal menurut
versi mereka. Tidak ada pendapat yang buruk apapun itu, yang ada
hanyalah pribadi yang buruk karena tidak memiliki sikap dan sifat untuk
mau mendengar.
Pemuda harus memiliki idealisme membangun.
Semangat pemuda untuk bisa menempatkan bangsa dengan martabat yang
tinggi haruslah disertai suatu proyek peradaban. Proyek peradaban disini
adalah bagaimana para pemuda punya keinginan untuk mau membangun
bangsanya dengan konsep yang sustainable. Bukan hanya berpikir
masa kini, tapi membuat proyek – proyek masa depan yang akan diteruskan
oleh pemuda – pemuda masa depan. Pemuda masa kini memiliki peran penting
untuk membangun sikap kritis dan sikap membangun untuk pemuda – pemuda
masa depan sebagaimana yang pernah dilakukan oleh pemuda – pemuda masa
lalu untuk pemuda masa kini. Rantai kepemudaan tidak boleh terputus
begitu saja ditangan suatu generasi. Generasi yang meninggalkan generasi
lemah dibelakangnya adalah generasi yang gagal karena tidak meneruskan
sebuah pembangunan peradaban. Proyek – proyek yang mandek dan tidak lagi
berjalan karena kurangnya kesempatan bagi generasi masa depan merupakan
modal awal tenggelamnya suatu bangsa. Oleh karenanya seorang pemuda
harus benar – benar berpikir ke depan, dan jauh demi menjaga
keberlangsungan semangat peradaban.
Pemuda harus memiliki idealisme kepemimpinan.
Jika seorang pemuda telah memiliki idealisme – idealisme diatas maka
sampailah saatnya para pemuda memiliki idealisme untuk berani memimpin.
Berbicara masalah kepemimpinan maka kita berbicara mengenai lahan
politis. Pernah Mohammad hatta menyampaikan pertanyaan yang retoris,
“mengapa pemuda – pemuda indonesia atau mahasiswa indonesia banyak ikut
aktif berpolitik?”, kemudian ia jawab sendiri, “Kalau mahasiswa Belanda,
Perancis, dan Inggris menikmati sepenuhnya usia muda yang serba
menggembirakan, pemuda Indonesia harus mempersiapkan diri untuk suatu
tugas yang menuntut syarat-syarat lain. Tidak ada jalan lain yang sudah
siap dirintis baginya; tidak ada lowongan pekerjaan yang sudah disiapkan
baginya. Sebaliknya dia harus membangun mulai dari bawah, di
tengah-tengah suasana yang serba sukar, di tengah-tengah pertarungan
yang penuh dendam dan kebencian. Perjuangan kemerdekaan yang berat
membayang di depannya, membuat dia menjadi orang yang cepat tua dan
serius untuk usianya.” Dari pernyataan bung Hatta diatas dapat kita
ketahui bahwa bangsa indonesia ini tidak lahir dari sebuah keniscayaan,
tapi bangsa ini lahir dan akan menjadi besar karena perjuangan rakyatnya
dan kemauan rakyatnya untuk mau menjadi lebih baik lagi. Itulah mengapa
jika diperhatikan pemuda – pemuda ataupun mahasiswa Indonesia harus
mengambil perannya dalam hal kepemimpinan. Karena sebuah mimpi dan
harapan yang menjadi cita bangsa hanya akan dapat dicapai lewat
kepemimpinan. Suatu hal yang naif bila kita hanya dapat meneriakkan
teriakan – teriakan kritis kita terhadap pemerintahan namun kita tidak
berani mengambil peran untuk memimpin. Memang pada dasarnya di Indonesia
saat ini, banyak orang yang mengincar posisi pimpinan karena alasan
kekayaan dan juga status sosial. Tapi hal – hal semaca itu bukanlah
idealisme kepemimpinan. Idealisme kepemimpinan lahir atas dasar
membangun keresahan bersama, menjadikan keresahan tadi sebagai dasar
pemikiran untuk menjadi pemimpin dengan dalil merubah keresahan tersebut
menjadi sebuah keharmonisan. Idealisme kepemimpinan tidak terletak pada
jabatan pimpinan. Idealisme kepemimpinan dibangun atas dasar gotong
royong bersama, membangun sebuah rencana dan menjadikan tim tersebut
sebagai pendobrak peradaban dan kemajuan bangsa. Sehingga kesadaran akan
pentingnya kepemimpinan yang dijalankan oleh working group tadi dapat terlepas dari belenggu ego dan juga ambisi untuk menduduki kursi kepemimpinan.
daftar link : http://hilalhandika.wordpress.com/2012/05/15/idealisme-seorang-pemuda/
0 Comments: